BPTI SAY mengucapkan selamat menjalankan Puasa Ramadhan 1436 H mulai tanggal 18 Juni 2015 M
Penjelasan Hisab (sumber: http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/download/1436%20H/Penjelasan%20Hasil%20Hisab%201436%20H.pdf)
Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran dari Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah didasarkan pada ‘hisab hakiki’ dengan kriteria ‘wujudul-hilal’. Hasil perhitungan tersebut, khususnya mengenai terbenam Matahari dan tinggi Bulan menggunakan marjak Yogyakarta dengan koordinat: lintang (I�) = -07 48′ dan bujur (I�) = 110 21′ BT. ‘Hisab Hakiki’ adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya Matahari dan Bulan faktual (sebenarnya). Gerak dan posisi Bulan dalam metode ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi Bulan yang sebenarnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya. Adapun ‘wujudul-hilal’ adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat Matahari terbenam, Bulan belum terbenam. Dengan perkataan lain, Bulan terbenam terlambat dari terbenamnya Matahari berapapun selisih waktunya. Dengan istilah geometrik, pada saat Matahari terbenam posisi Bulan masih di atas ufuk berapapun tingginya. Untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudul-hilal terlebih dahulu harus terpenuhi tiga kriteria secara kumulatif, yaitu:
- sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara Bulan dan Matahari,
- ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari, dan
- ketika Matahari terbenam Bulan belum terbenam, atau Bulan masih berada di atas ufuk.
Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dikatakanlah ‘hilal sudah wujud’ dan sejak saat terbenam Matahari tersebut sudah masuk bulan baru Kamariah. Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka dikatakanlah ‘hilal belum wujud’ dan saat terbenam Matahari sampai esok harinya belum masuk bulan baru Kamariah, bulan baru akan dimulai pada saat terbenam Matahari berikutnya setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.
Ijtimak jelang bulan Ramadan 1436 H terjadi pada hari Selasa Legi tanggal 16 Juni 2015 pukul 21:07:23 WIB. Perhitungan waktu terjadi ijtimak ini didasarkan pada ijtimak geosentrik sehingga momen terjadinya ijtimak tersebut terjadi pada waktu yang bersamaan untuk seluruh tempat di muka Bumi, hanya saja jamnya tergantung pada jam di tempat bersangkutan. Di Yogyakarta, ijtimak terjadi pada malam hari sekitar 3 jam 36 menit 48 detik setelah Matahari terbenam, karena terbenam Matahari di Yogyakarta pada hari Selasa Legi itu terjadi pada pukul 17:30:35 WIB. Demikian pula untuk seluruh tempat di Indonesia ijtimak terjadi pada malam hari setelah terbenam Matahari. Terbenam Matahari yang paling akhir di Indonesia pada hari itu, di ujung barat Indonesia, di Sabang (lintang (I�) = 05 54′ dan bujur (I�) = 95 21’BT.) terbenam Matahari terjadi pada pukul 18:54:21 WIB. Sementara itu, di ujung timur Indonesia, di Merauke (lintang (I�) = -08 30′ dan bujur (I�) = 140 27′ BT.) terbenam Matahari terjadi pada pukul 17:37:41 WIT atau pukul 15:37:41 WIB. Dengan demikian, pada hari Selasa Legi tanggal 16 Juni 2015 telah terjadi ijtimak di malam hari jelang memasuki hari Rabu Pahing 17 Juni 2015. Dari data ini diperoleh kasimpulan bahwa kriteria wujudul hilal pertama telah terpenuhi, sedangkan kriteria yang kedua tidak terpenuhi karena ijtimak terjadi setelah terbenam Matahari, padahal kriteria wujudul hilal kedua mensyaratkan ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari.
Kriteria ketiga jelas tidak terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta tanggal 16 Juni 2015 itu Bulan sudah di bawah ufuk dengan ketinggian -02 15′ 59″, artinya pada saat Matahari terbenam Bulan sudah terbenam, jadi Bulan terbenam mendahului terbenamnya Matahari. Bagaimana halnya di kota Sabang, ujung barat Indonesia dan di kota Merauke, ujung timur Indonesia? Tinggi Bulan di Sabang ketika itu -02 51′ 40″, sementara itu di Merauke -03 16′ 18″. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk seluruh wilayah Indonesia tiga kriteria wujudul hilal tersebut hanya terpenuhi satu yaitu sudah terjadi ijtimak Bulan dan Matahari, namun dua kriteria terakhir tidak terpenuhi sehingga hari itu tidak dapat ditetapkan sebagai tanggal 1 Ramadan 1436 H. Pada keesokan harinya Rabu tanggal 17 Juni 2015 ketingian Bulan di Yogyakarta +09 44′ 35″, di Sabang +09 16′ 51″, dan di Merauke +08 46′ 46″. Tanggal 1 Ramadan 1436 H ditetapkan pada hari Rabu malam tanggal 17 Juni 2015 dan konversinya dengan kalender Masehi ditetapkan pada keesokan harinya yaitu tanggal 18 Juni 2015. Itulah sebabnya maka dikatakan tanggal 1 Ramadan 1436 H jatuh pada hari Kamis Pon 18 Juni 2015. Untuk mengetahui kawasan mana di muka Bumi yang pada hari Selasa Legi 16 Juni 2015 sudah memenuhi kriteria wujudul-hilal sehingga malam itu ditetapkan tanggal 1 Ramadan 1436 H atau belum memenuhi kriteria sehingga malam itu masih dianggap tanggal terakhir dari bulan Syakban dapat dilihat dengan memperhatikan garis pembatas dalam peta dibawah ini. Garis pembatas tersebut menunjukkan bahwa pada tempat-tempat itu terbenam Bulan berbarengan dengan terbenam Matahari, dan disebut garis batas tanggal.